Jumat, 30 Agustus 2019. Hari masih sangat pagi ketika saya bergegas menaiki motor dan membelah udara dingin yang menusuk. Bahkan, jaket kulit yang saya kenakan hampir tidak bisa menahan hembusan angin. Kotamobagu, salah satu wilayah di dataran tinggi Sulawesi Utara ini, memang dikenal sebagai kota yang cukup sejuk terutama di pagi dan malam. Oke, cukup membahas tentang cuaca, ya.
Hari ini saya didaulat untuk menjadi pembicara dan membawakan materi WCD (World Cleanup Day). Sebagai salah satu dari Core Team WCD Kotamobagu, ini memang bukan tugas spesifik saya. Tapi, karena profesi sebagai penyuluh kesehatan maka dengan senang hati saya menerima tugas ini.
Eh, by the way udah pernah dengar tentang WCD belum? Kalau belum, perlu kamu tau WCD adalah sebuah aksi bersih-bersih terbesar di dunia yang dilakukan serentak di 158 negara. WCD ini dinaungi oleh Let’s Do It World, sebuah gerakan di Estonia yang didirikan bersama oleh para pendiri yang berasal dari Asia _termasuk Indonesia_ , Amerika, Eropa, Afrika dan Oseania. Tujuannya untuk membebaskan planet bumi dari permasalahan sampah. Gerakan ini melahirkan komitmen dari jaringan-jaringan yang tergabung di dalamnya dan tersebar di berbagai negara. WCD di Indonesia diperkenalkan oleh Let’s Do It Indonesia, organisasi dari jaringan Let’s Do It World yang didirikan pada tahun 2014 dan berada di bawah naungan lembaga DFW Indonesia.

Tujuan WCD Indonesia untuk tahun 2019, yaitu melahirkan momentum yang mempersatukan masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang melalui WCD untuk meningkatkan kepedulian terhadap permasalahan sampah di Indonesia dan menjadi gerakan yang massif untuk membuat Indonesia yang bersih dari sampah serta mengedepankan nilai-nilai perdamaian dan cinta lingkungan yang berkelanjutan.
WCD tahun ini diharapkan dapat mengajak 13 juta Relawan Cleanup Serentak di 34 provinsi, 50% minimal dari jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan dikelola dengan baik melalui Bank Sampah, Dinas Lingkungan Hidup, serta melalui perusahaan daur ulang. Selain itu WCD dimaksudkan untuk pemetaan 1500 titik sampah ilegal di 34 provinsi, piloting 10 Islands Project yang membantu penanganan sampah di pulau-pulau di Indonesia, aksi-kasi berkelanjutan yang melibatkan 13 isu rekomendasi bebas sampah, dan relawan WCD menandatangani petisi Aspirasi Bebas Sampah.
Dalam rangka promosi gerakan WCD 21 September nanti, maka diadakan Road Show di semua regional WCD yang tersebar di Indonesia. Nah, di Kotamobagu sendiri, rangkaian kegiatan ini berakhir di SMA Negeri 1 Kotamobagu.
Saat pertama kali datang ke sekolah ini, saya sudah dibuat takjub. Kenapa? Selain Gerakan Jumat Sehat (anak-anak dan guru menyapu di sekitar sekolah), semua anak yang datang ke sekolah dengan kesadaran sendiri memunguti sampah. Pihak guru hanya menyediakan tempat sampah di depan gerbang dan mereka berbaris rapi mengisi benda itu dengan sampah. Sayangnya saya tidak sempat mengabadikan momen itu.

Tidak berhenti disitu saja, loh. Karena tepat di samping utama gerbang sekolah, ada Bank Sampah. Pun ketika itu para siswa yang menjadi pengelola programnya, sudah sibuk mengumpulkan sampah yang akan dipilah.

Ada yang memisahkan sampah berdasarkan jenisnya (kardus dan plastik). Ada yang mengikat kardus untuk ditimbang. Ada juga yang mengisi botol plastik bekas air mineral ke dalam tas kresek besar.

Hasil wawancara saya dengan Ibu Dra. Agustina Simpuru yang menjadi pembina Bank Sampah, didapatkan informasi bahwa ada dua jenis sampah yang ditimbang dan dipilah di tempat ini. Plastik dan kardus bekas.


Beliau juga mengatakan SMA Negeri 1 Kotamobagu ditunjuk menjadi salah satu titik pantau pengolahan sampah di Kotamobagu. Untuk membantu program tersebut, maka dibentuklah Bank Sampah dengan kepengurusan yang terstruktur dan diawasi dengan baik. Pengurus Bank Sampah merupakan gabungan dari semua kelas. Kegiatan ini sendiri sudah berjalan selama enam tahun dan rencananya dilaksanakan sampai tahun 2025.

Setelah sampah yang dipilah telah dikumpulkan, pengurus Bank Sampah SMA Negeri 1 Kotamobagu akan menghubungi pengurus Bank Sampah Induk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Mongkonai. Merekalah yang akan menjemput dan membeli semuanya. Sampah kardus atau plastik dihargai Rp. 1000 per kilogram. Selanjutnya semua sampah ini akan dikirim dan didaur ulang di Bank Sampah pusat di Jawa.
Direktur Bank Sampah Lestari SMA Negeri 1 Kotamobagu, Febrian Sumampouw, memaparkan di setiap kelas sudah disediakan karung untuk menampung sampah selama sepekan. Kemudian pada hari jumat, barang-barang itu disetor ke Bank Sampah dan dicatat.

Kata Febrian, program Bank Sampah ini hanya dikhususkan pada barang-barang anorganik. Bagaimana dengan sampah organik? Ternyata ada langkah kece yang dilakukan SMA Negeri 1 Kotamobagu. Di bagian belakang sekolah dibuat tempat mengolah pupuk kompos dari sampah organik.

Pupuk kompos yang sudah membusuk, digunakan untuk menyuburkan beberapa tanaman yang memang sengaja ditanam di sekolah. Semacam tanaman obat, beberapa jenis bunga, dan tanaman lain yang bermanfaat.


Setelah dirasa cukup informasi dan dokumentasi yang saya dapat, tibalah waktunya untuk memberikan materi. Sekian ratus siswa siswi berkumpul di lapangan. Khidmat mendengarkan saya memperkenalkan gerakan WCD, asal mulanya, dan kenapa WCD perlu untuk dilaksanakan. Selain memaparkan poin-poin di atas, saya dibantu Kak Cindra Assi yang sudah berpengalaman di WCD tahun lalu, menekankan tujuan utama kami, yaitu mengajak murid-murid SMA Negeri 1 Kotamobagu untuk ikut ambil bagian dalam gerakan masif ini. Alhamdulillah, ajakan itu disambut antusias oleh mereka.

Untuk menambah antusiasme, Leader Core Team WCD Kotamobagu, Harry Pasambuna, memberi hadiah gantungan kunci WCD bagi beberapa orang yang sanggup menjawab pertanyaan dari kami. Suasana semakin heboh karena mereka begitu semangat maju ke depan dan menjawab.
Setelah materi selesai, saya dan tim mengambil kesempatan berfoto bersama dan mendokumentasikan video yel-yel WCD. Sayangnya video berdurasi delapan detik itu tidak bisa saya unggah bersama dengan tulisan ini.

Terakhir, sebelum meninggalkan sekolah, saya dan Harry menyempatkan berfoto dengan petugas penimbangan Bank Sampah. Ternyata ketika kami sedang melaksanakan pemaparan di depan murid lain, para pengurus Bank Sampah tetap mengerjakan tugas mereka sampai selesai. Great job!

Sumber tulisan : Materi dari WCD regional Sulawesi Utara
Sumber foto : Dokumentasi Pribadi
Mantap kak 👍🏼
Yess thank uuuu…
Next In Syaa Allah posting pas hari H ^^
di tempat saya Purwokerto / Banyumas akan diadakan WCD serentak di beberapa titik kecamatan, nanti tgl 21 September.
sampah memang jadi ancaman serius ya Mbak
Itu memang bakalan serentak diadakan sedunia Mbak Fit..
Sampah memang ancaman serius terutama buat Indonesia yang jadi penyumbang sampah terbesar kedua di dunia
Semangat untuk menulisnya. Semangat juga untuk selalu menjaga kebersihan 🙂
Siyaaappp… Terima kasih
Informatif, saya baru tahu ada WCD. Kira-kira di Nganjuk sudah ada belum ya, Kak Tike?
Nah, kalo di Nganjuk saya belum tau apakah ada. Mungkin bisa digoogling
Inisiasi bagus. Hanya saja, fokus untuk seluruh propinsi sepertinya ga bisa instan. Berhubung salah satu provinsi sedang terpapar bencana asap.
Per provinsi sebenarnya udah ada basis grup sendiri. Jadi memang per regional ada pengurusnya. Nah, soal asap di Riau mungkin bisa dimaklumi jika mereka tidak bisa berpartisipasi nanti
Salute… #bukancoklat
Bukan gerry salute hehehehe
Bank Sampah ini membantu banget mengatasi permasalahan sampah RT. Di daerah saya juga sedang digalakkan, semoga bisa mengurangi permasalahan sampah yang semakin sulit diatasi.
Wah seru ya kalau menjadi kebiasaan, bersih2 rame2 dan menjadi gaya hidup. Semoga bisa menjadi rintisan untuk kawasan yang lebih luas jangkauannya ya.
Bersih pangkal sehat..perilaku bersih mulai dari yang paling sederhana..membuang sampah pada tempatnya…nanti lama-lama akan terbentuk kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan dengan lingkup yang lebih besar
Ih beneran kece deh, Mbak, program ini. Aku terpesona uohoo. Sepakat banget program seperti ini dilakukan di sekolah-sekolah. Anak-anak punya bekal untuk berperan nanti di lingkungan rumahnya
Bagus sekali kegiatannya. Sudah jadi ini mah, bank sampahnya. Kalau di lingkunganku masih angot-angotan, termasuk aku, wkwkwkkw. Jadi kalau lagi insyaf aja sampah lgs tak pisah dan setor ke pengumpul barang bekas. Kalau lagi kumat ya nyampur, hehehe. Tapi terus berusaha kok, cuma minim area tanah jadi agak susah untuk tempat sampah organicnya. Kudu diakali agar air lindi nggak ngalir ke mana-mana.
Seandainya gerakan seperti ini merupakan kesadaran masyarakat, wah bersih sekali lingkungan kita
Masya Allah, sedikit Langkah kita penting banget yaaa mbak bagi bumi kita. Dengan adanya kegiatan pemilahan dan pengelolaan sampah seperti ini membangkitkan rasa aware mereka pada bumi kita ya mbak. Harapannya mereka juga bisa mengaplikasikan nya di lingkungan rumah juga. Terjun langsung di masyarakat.
World Cleanup Day..keren banget acaranya ini. Aku baru tau mbak..kemana saja aku huhuhu. Kalau Jumat di sekolah anakku ada Jumsih, Jumat Bersih, apa sama ya..?
Kalau Bank sampah di RT-ku ga ada, kalau di RT sebelah dah jalan…Tapi misahin sampah dah kulakukan sih meski belom.optimal. keren kegiatannya Mbak Titi.
Semoga makin sukses WCD nya yaaa
Wah keren ini ada aksi membersihkan lingkungan ya mba. Apalagi mengajak anak muda untuk terlibat. Semoga gerakan ini menginspirasi makin banyak orang utk menyayangi bumi…
Ini program yg sangat bagus sekali Mbak. Apalagi dilaksanakan di sekolah tempat mendidik generasi penerus bangsa. Semoga menambah kepedulian akan lingkungan ya
Keren ya kalau sekolah ada bank sampah sehingga siswa bisa belajar pelestarian lingkungan.
Aksi dunia keren yang diaplikasikan di sekolah dan bekerja sama dengan Bank Sampah. Penting banget ini. Terutama tentang pemilahan sampah. Masalah ini sering jadi problem kalau di lingkungan saya. Sudah dipilah saat di rumah, eeh bercampur lagi saat di TPA. Memang perlu pelatihan lebih intensif, nih. Momen WCD kayaknya pas nih buat para pemangku kebijakan di daerah saya untuk melakukan penyuluhan dan tindakan.